New New New




Saya bersyukur untuk anugerah Tuhan yang begitu besar di dalam hidup saya. Saya berusaha untuk mendapatkan pekerjaan di Kupang agar bisa berkumpul bersama keluarga. Bagi saya, keluarga adalah segalanya. Selain itu, saya juga memiliki kerinduan besar untuk membangun lingkungan saya. 

Proses panjang yang saya usahakan tidak membuahkan hasil. Saya merasa kecewa ketika menghadapi kenyataan bahwa saya tidak diterima di sekolah yang saya harapkan. Lokasinya yang dekat dengan rumah menjadi alasan saya untuk memperjuangkannya. 

Singkat cerita, saya tidak bisa mendapat pekerjaan di tempat itu. Saya akhirnya diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk menjadi guru di salah satu sekolah swasta yang berlokasi di Pondok Indah. Saya merasa tidak percaya diri mengajar di tempat ini. Saya menyadari bahwa kemampuan saya tidak seberapa dibandingkan para guru  yang sudah memiliki segudang pengalaman. Mereka memiliki latar pendidikan yang tinggi dari berbagai universitas yang baik. 

Meskipun demikian, itu tidak menjadi alasan bagi saya untuk tenggelam dalam rasa takut dan khawatir. Saya ingat betul sebuah harapan saya dalam mencari pekerjaan “Tuhan, berikan saya pekerjaan yang menolong saya untuk bertumbuh dan bersandar pada-Mu”. Saya rasa inilah jawaban Tuhan. Ia memberikan saya kesempatan untuk terus bertumbuh dan mengandalkan-Nya.

Banyak hal baru yang saya hadapi di tahun pertama mengajar. Beradaptasi dengan sistem sekolah yang jauh berbeda dengan sistem yayasan sebelumnya, bertemu semua rekan kerja baru dari berbagai latar belakang, dan mengajar para murid dengan gaya hidup yang berbeda dengan budaya murid-murid saya sebelumnya. Bukan hanya itu, saya perlu beradaptasi dengan lingkungan kosan yang sepi, tidak ada teman diskusi seperti sebelumnya, dan kondisi-kondisi baru lainnya.

Sungguh sebagai manusia biasa, saya merasa sedih harus memulai semua yang baru sendirian. Saya khawatir dan takut. Kadang saya tidak tahu harus mengerjakan yang mana. Saya masih sering merindukan teman-teman dan murid-murid sebelumnya. Akan tetapi, Tuhan terlalu baik bagi saya. Ia menghadirkan komunitas guru di sekolah yang sangat mendukung saya untuk berjuang. Padatnya aktivitas di sekolah sedikit mengobati rasa sedih yang saya alami. 

Saya juga bergumul dengan penggunaan bahasa Inggris dalam mengajar. Bukan karena saya tidak mampu, hanya saja saya tidak begitu menyukai bahasa Inggris. Ada beberapa alasan pribadi yang mendasari hal tersebut. Kendati pun demikian, saya terus berusaha untuk belajar. Saya mendaftar kursus online dan membeli buku-buku dar Bapak Wakhid. Meskipun yang saya pelajar bukan speaking tapi konsep dasar Toefl. 

Selama mengajar online, saya mendapati bahwa banyak sumber yang tersedia di internet sebagai bahan belajar yang gratis. Banyak fitur menarik yang disediakan oleh google atau platform lain. Semua informasi dapat ditemukan di mana saja dan kapan saja. Kendala terbesar adalah bagaimana mengatur waktu untuk mempelajari semuanya itu. Manajemen waktu menjadi hal penting yang harus saya perhatikan sebagai guru. Kehidupan saya perlu seimbang dan berdampak dalam segala aspek. Hal inilah yang menjadi tantangan besar bagi saya. Saya masih sulit menentukan prioritas tentang apa yang penting dan apa yang tidak. Saya cenderung mengerjakan sesuatu sesuai keinginan hati saya saat itu. Beberapa usaha coba saya lakukan dengan menuliskan “to do list” dan menempelkannya di beberapa tempat. Saya berharap kedepannya saya bisa lebih baik lagi dalam mengatur waktu.

Satu hal penting yang saya pelajari di tempat baru ini adalah bersedia untuk membantu jika diperlukan. Saya menyadari bahwa jam mengajar saya nantinya (saat offline) tidak sebanyak jam mengajar guru lain. Tentunya ini menjadi pertanyaan guru-guru tentang pembagian waktu yang tidak adil. Secara pribadi, saya tidak perlu memikirkan hal ini karena sekarang masih belajar online, akan tetapi saya mencoba untuk membantu di bagian yang bisa saya kerjakan. Saya berharap bisa memberikan kontribusi walau tak seberapa jika dibandingkan yang lain. 

Besar harapan saya bahwa tahun ajaran depan bisa belajar seperti biasa di ruang kelas secara offline agar kehidupan bisa kembali berjalan normal. Kiranya “new thing” yang saya alami boleh menuntun saya untuk semakin mengenal-Nya. Amin


Rutsri Marlinda Pian

Jakarta, 9 Januari 2021


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak