Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis



Hari ini saya mengajarkan topik macam-macam gerak benda. Penilaian yang saya lakukan adalah penilaian kelompok dan individu. Hasil nilai kelompok dan individu akan dijumlahkan dan dibagi dua. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang sehingga terdapat 4 kelompok. Saya menjelaskan materi terlebih dahulu. Setelah itu, setiap kelompok dibagikan 6 pernyataan yang ditulis di atas potongan kertas asturo berwarna. Saya membuat kolom di papan tulis yang terdiri dari 1 kolom nama kelompok, 5 kolom macam-macam gerak, dan 1 kolom skor. Siswa dalam kelompok saling berdiskusi untuk mencocokkan pernyataan yang mereka peroleh dengan jenis gerak. Saya meminta setiap siswa dalam kelompok secara berurut maju dan menempelkan kertas di kolom jenis gerak yang tepat. Siswa sangat antusias dalam diskusi kelompok kali ini.

Saya membagikan soal pemandu yang saya buat dalam bentuk teka-teki silang untuk dikerjakan secara individu. Tujuan saya adalah melatih kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan memperhatikan jumlah kotak yang tersedia. Sebagian siswa merasa bingung karena belum terbiasa melakukan tes seperti ini. Siswa juga terlihat sulit dalam memikirkan kata lain yang memiliki arti yang sama yang sesuai dengan jumlah kotak.

Saya merefleksikan pembelajaran hari ini. Saya mencari tahu alasan mengapa siswa sulit mengerjakan soal dalam bentuk teka-teki silang padahal pembelajaran seperti ini justru menyenangkan. Saya mendapati bahwa selama ini siswa terbiasa mengerjakan soal dalam bentuk pilihan ganda dan isian singkat. Jarang sekali siswa mengerjakan soal dalam bentuk esai yang menggunakan kata tanya mengapa dan bagaimana. Hal ini membuat siswa sulit mengembangkan pemikirannya.

Saya menyadari bahwa sebagai calon guru saya lebih memilih membuat soal dalam bentuk pilihan ganda, isian singkat, benar-salah, dan menjodohkan. Saya tidak mau mengambil resiko dengan membuat soal esai atau soal yang memerlukan analisis dari siswa. Soal seperti itu terkadang menghasilkan jawaban yang luas sehingga saya tidak ingin siswa mendapat nilai yang kurang baik.

Saya mengakui bahwa pemikiran seperti ini adalah pemikiran yang primitif. Sebagai guru saya harus mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Sejak kecil siswa harus diajarkan untuk memikirkan segala sesuatu dengan cermat dan mendalam. Berpikir mendalam merupakan tanggung jawab semua umat percaya. Pendidik tidak hanya mengajarkan siswa untuk melihat segala sesuatu dari bagian permukaan saja. Siswa harus bisa menelusuri alasan dibalik suatu fenomena terjadi. Melalui pembelajaran di kelas, siswa dibiasakan untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang terjadi, menyatakan pendapat secara benar, serta memberi kesimpulan dan saran sesuai kebenaran Firman Tuhan.

Saya ingin agar pengajaran saya berikutnya lebih menolong siswa menyadari keadaan dunia saat ini dan bagaimana mereka meresponinya. Pertanyaan apa, siapa, kapan, dan dimana memang penting, tetapi pertanyaan mengapa dan bagaimana juga tidak boleh diabaikan. 

Rutsri Pian

Senin, 1 Februari 2016


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak