Artikel berjudul: Successful Integration of Technology into Preschool Education: Do Teachers’ Self-Efficacy and Outcome Expectations Matter? membahas integrasi teknologi dalam pendidikan anak usia dini, khususnya pada tingkat prasekolah, dengan fokus pada peran keyakinan guru mengenai kompetensi mereka dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) serta ekspektasi hasil (outcome expectations) dan efikasi diri (self-efficacy). Penelitian ini berangkat dari kenyataan bahwa teknologi kini menjadi bagian penting dalam pendidikan, bahkan sejak usia dini. Kurikulum anak usia dini sudah mulai memasukkan penggunaan berbagai perangkat digital, seperti robot untuk melatih keterampilan coding awal, aplikasi STEM, hingga mainan digital untuk melatih berpikir komputasional. Namun, kenyataannya integrasi ICT masih menimbulkan tantangan besar bagi para guru, baik dalam hal kesiapan maupun keyakinan diri.
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK), yang merupakan pengembangan dari teori Pedagogical Content Knowledge oleh Shulman. TPACK menekankan bahwa guru yang efektif perlu menguasai tiga bidang pengetahuan sekaligus: pengetahuan konten, pedagogi, dan teknologi, serta kombinasi di antara ketiganya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa keyakinan guru terhadap kompetensi ICT mereka memiliki pengaruh besar terhadap kemampuan mereka mengintegrasikan teknologi. Namun, sejauh ini masih terbatas penelitian yang secara khusus meneliti bagaimana efikasi diri dan ekspektasi hasil berperan sebagai mediator dalam hubungan tersebut, terutama di konteks guru prasekolah.
Untuk menjawab pertanyaan itu, penelitian ini melibatkan 194 guru taman kanak-kanak di Tiongkok, mayoritas perempuan, dan sebagian besar bekerja di sekolah swasta. Data dikumpulkan melalui survei daring yang mencakup skala kompetensi ICT, skala efikasi diri, skala ekspektasi hasil, serta skala TPACK. Analisis dilakukan dengan structural equation modeling untuk melihat hubungan langsung maupun tidak langsung antarvariabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspektasi hasil berperan sebagai mediator signifikan antara keyakinan kompetensi ICT guru dengan TPACK, sedangkan efikasi diri tidak berperan sebagai mediator. Dengan kata lain, meskipun guru merasa percaya diri dalam kemampuan mereka, hal itu tidak otomatis berpengaruh pada efektivitas integrasi teknologi. Sebaliknya, ketika guru memiliki keyakinan bahwa penggunaan teknologi akan benar-benar bermanfaat bagi kualitas pengajaran dan pembelajaran murid, barulah mereka terdorong untuk menggunakan teknologi secara lebih bermakna. Hal ini menekankan bahwa orientasi pada manfaat yang dirasakan lebih menentukan dibandingkan sekadar rasa percaya diri.
Temuan ini menarik karena berbeda dengan penelitian di konteks pendidikan tinggi, di mana efikasi diri biasanya lebih berpengaruh. Di Tiongkok, yang memiliki budaya pendidikan lebih kolektivistik, guru tampaknya lebih dipengaruhi oleh tujuan institusional dan manfaat sosial dari penggunaan teknologi. Maka, outcome expectations menjadi faktor kunci yang mendorong mereka untuk benar-benar mengintegrasikan ICT dalam pembelajaran. Hal ini memperlihatkan bahwa faktor budaya dan konteks pendidikan sangat penting untuk diperhatikan dalam pengembangan teori maupun praktik integrasi teknologi.
Relevansi penelitian ini dengan konteks Indonesia cukup jelas. Di Indonesia, integrasi teknologi dalam pendidikan anak usia dini juga menjadi agenda penting, terutama sejak pandemi COVID-19 mendorong adopsi pembelajaran daring. Banyak guru PAUD yang mengaku memiliki keterbatasan dalam mengoperasikan teknologi, tetapi yang lebih menentukan adalah bagaimana mereka memandang manfaat penggunaan teknologi dalam mendukung pembelajaran anak. Sebagai contoh, jika guru melihat teknologi hanya sebagai tambahan beban kerja, mereka cenderung enggan menggunakannya. Sebaliknya, jika mereka percaya bahwa media digital dapat membantu memperkaya kegiatan bermain, meningkatkan keterlibatan anak, dan memudahkan komunikasi dengan orang tua, maka motivasi untuk menggunakan teknologi akan jauh lebih tinggi.
Diskusi dalam artikel ini juga menekankan perlunya pelatihan dan pendampingan guru yang tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis, tetapi juga memperkuat keyakinan mereka terhadap manfaat pedagogis dari teknologi. Konteks Indonesia juga menghadapi kebutuhan serupa. Program-program pelatihan guru PAUD sebaiknya tidak berhenti pada “cara menggunakan” perangkat digital, tetapi lebih menekankan “mengapa” dan “untuk apa” teknologi digunakan dalam kegiatan belajar anak. Workshop yang memperlihatkan contoh konkret bagaimana teknologi dapat meningkatkan efektivitas pengajaran, mengurangi beban administrasi guru, serta meningkatkan komunikasi dengan orang tua, diyakini dapat memperkuat outcome expectations guru di Indonesia.
Penelitian ini juga memiliki keterbatasan yang relevan bagi Indonesia. Desainnya bersifat cross-sectional sehingga hanya menunjukkan hubungan korelasional, bukan sebab-akibat, dan datanya berbasis laporan diri. Di Indonesia, penelitian lebih lanjut dengan pendekatan longitudinal maupun eksperimen akan sangat berguna untuk memahami bagaimana keyakinan guru terhadap ICT dan ekspektasi hasil dapat berubah seiring waktu, terutama ketika mereka mendapat intervensi pelatihan. Selain itu, perlu penelitian lintas konteks karena kondisi infrastruktur digital di Indonesia berbeda-beda, mulai dari kota besar yang relatif siap hingga daerah terpencil yang menghadapi keterbatasan jaringan internet.
Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa integrasi teknologi dalam pendidikan prasekolah tidak cukup hanya mengandalkan peningkatan efikasi diri guru. Faktor yang lebih menentukan adalah bagaimana guru memandang manfaat nyata dari penggunaan teknologi. Jika mereka percaya bahwa teknologi benar-benar membantu meningkatkan pembelajaran anak, maka mereka akan lebih terdorong untuk menggunakannya secara kreatif dan efektif. Bagi Indonesia, hal ini menjadi pengingat bahwa strategi pengembangan kompetensi guru PAUD perlu fokus pada pembangunan keyakinan positif terhadap manfaat pedagogis teknologi, disertai dukungan nyata dalam bentuk pelatihan, kebijakan, dan penyediaan infrastruktur yang memadai.
Sumber Referensi:
Valdez, J. P. M., Buenconsejo, J. U., Yang, W., Lin, X., & Saxena, A. (2025). Successful integration of technology into preschool education: do teachers’ self-efficacy and outcome expectations matter? Journal of Research on Technology in Education, 1–20. https://doi.org/10.1080/15391523.2025.2547183
Tags:
Artikel Pendidikan
